Iklan

Iklan

,

Iklan

Tragedi KM. Lestari Maju Peristiwa Laka Laut Ketiga di Selayar

Redaksi
Minggu, 08 Juli 2018, 14:53 WIB Last Updated 2018-07-08T07:53:30Z
Kep.Selayar,harian7.com - Kecelakaan laut beruntun yang menelan dua ratus dua puluh delapan korban menyisakan duka dan nestapa bagi masyarakat Kabupaten Kepulauan Selayar, Sulawesi-Selatan menyusul karamnya kapal Lestari Maju di pesisir pantai Pa’badilang, Desa Bungaiya, Kecamatan Bontomate’ne.

Dalam musibah ini, tiga puluh tujuh nyawa penumpang kapal melayang setelah sempat terombang-ambing di tengah hantaman ombak besar yang mencapai empat meter.

Tragedi KM. Lestari Maju kembali membuka luka lama masyarakat Kabupaten Kepulauan Selayar, setelah pada tahun 2006 silam, KMP. Dharma Manggala tenggelam di mulut Pelabuhan Bira, Kabupaten Bulukumba yang kemudian disusul oleh musibah tenggelamnya KM.

Takabonerate di perairan Probolinggo dan mengakibatkan terjadinya kerugian negara senilai kurang lebih 5,3 Milyar rupiah.
KM. Takabonerate merupakan kapal jenis LCT pertama yang dimodifikasi sebagai armada kapal penyeberangan di lintasan Pelabuhan Bira-Pamatata, sebelum munculnya KM. Lestari Maju dan KM. Tunu Pratama yang sebelumnya sempat disebut-sebut sebagai kapal sumbangan putera daerah Kabupaten Kepulauan Selayar.

Namun miris, karena setelah KM. Lestari Maju karam, fakta demi fakta mulai terkuak ke permukaan jika kapal model LCT yang telah empat tahun berlayar di lintasan Pelabuhan Bira-Pamatata, ternyata sudah pernah tenggelam sebelum dioperasikan di perairan laut Kepulauan Selayar.

Tiga hari sebelum karam di Pantai Pa’badilang, mesin KM. Lestari Maju sempat trouble dalam perjalanan pelayaran dari Pelabuhan Bira, Kabupaten Bulukumba menuju ke Pelabuhan Pamatata, Kabupaten Kepulauan Selayar.
Mesin yang trouble setelah satu jam perjalanan sempat mengundang kepanikan penumpang, karena arah bagian depan kapal mendadak kembali terputar menghadap ke Pelabuhan Bira dan membelakangi Pulau Pasi.

Beruntung, kepanikan penumpang kapal berhasil diredam setelah sejumlah anak buah kapal berkilah, bahwa mesin kapal sengaja dimatikan untuk menghindari potensi tabrakan dengan kapal tengker, KMP. Balibo, dan KM. Tunu Pratama yang sementara berlayar dari arah Pelabuhan Pamatata menuju Pelabuhan Bira, Bulukumba.

Hingga pada akhirnya, KM. Lestari Maju resmi dinyatakan karam pada hari Selasa, (03/07) sekitar pukul 12.00 Wita. Kapt. Lukman, salah seorang anggota TNI-AD dari satuan Kodim 1415/Kepulauan Selayar yang ikut tercatat sebagai salah seorang penumpang selamat dalam tragedi KM. Lestari Maju menuturkan, bagian lambung kanan kapal mulai kemasukan air saat berada di Pulau Bembe, salah satu gugusan pulau kosong tak berpenghuni di perairan sebelah utara kota Benteng, Kabupaten Kepulauan Selayar.

Pada saat bersamaan, penumpang mulai panik, karena mesin kapal mendadak mati dan mulai miring ke arah kiri. Melihat kondisi itu, Kapt. Lukman, langsung bertindak cepat memecahkan lemari life jacket dan mulai membagikan pelampung kepada para penumpang kapal.

Baru setelah itu, Kapt. Lukman bergegas menuju ruang anjungan dan memberikan masukan kepada nakhoda kapal untuk mengarahkan kapal ke arah kanan pantai Pa’badilang. Namun naas, karena kapal harus karam usai menabrak karang di depan Pantai Pa’badilang.

Kapten Lukman mengakui, tidak ada pengarahan sama sekali dari pihak kapal saat kondisi kapal mulai miring ke arah kiri. Lemari life jacket pun pada saat itu, dalam kondisi terkunci dan baru bisa dibuka setelah berulangkali ditendang oleh penumpang yang mulai panik.

Namun ironis, karena penggunaan life jacket yang tidak standar justeru memicu banyaknya korban jiwa. Beberapa diantaranya, bahkan ditemui menggunakan sumpritan yang sudah rusak dan sama sekali tidak bisa dibunyikan saat penumpang berada dalam situasi emergency.

Hal ini ikut diperparah oleh keberadaan empat buah lefrat yang pada hari kejadian dengan terpaksa harus digunakan oleh penumpang dalam kondisi bocor. Tidak satupun sekoci yang ditemukan di atas badan kapal dan atau TKP karamnya, KM. Lestari Maju. (fadly syarif)

Iklan