Iklan

Iklan

,

Iklan

 


Diduga Kematian Istri Korban Malpraktek, Suami Datangi RSUD Salatiga Menuntut Tanggung Jawab

Redaksi
Selasa, 17 Juli 2018, 01:42 WIB Last Updated 2018-07-16T19:24:35Z
Salatiga, harian7.com - Meninggalnya seorang pasien bersalin bernama  Rahayu Suryandari (39) warga Tetep Gambir, Kelurahan Randuacir, Kecamatan Argomulyo, Kota Salatiga di RSUD Salatiga terus menimbulkan polemik. Pihak keluarga menuding sudah terjadi malpraktek yang berujung maut. Ada dugaan Rahayu yang meninggal pada Minggu (17/6/2018) malam sekira pukul 00.15 WIB akibat kurang tepat dalam penanganan.

Fajar Sugendro didampingi dua Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) ICI Jawa Tengah dan juga Lembaga Advokasi dan Perlindungan Konsumen (LAPK) SIDAK Sodiq dan Agus Subekti selaku tim kuasa hukumnya datang ke rumah sakit RSUD Kota Salatiga pada Senin (16/7/2018). Kedatangan mereka diterima Kasie Medik Rawat Inap dr M Saifulhaq Maududi M.Kes selaku yang mewakili Direktur RSUD Salatiga.

Kedatangan mereka ini, untuk meminta pertanggungjawaban dan kejelasan pihak rumah sakit atas dugaan malpraktik terhadap istrinya Rahayu Suryandari.

Suami korban, Fajar Sugendro menuntut pihak RSUD Salatiga tetap bertanggung jawab dan memberi penjelasan terkait meninggalnya korban  meski dalam bentuk moral.

“Dalam pertemuan ini kami di temui dr M Saifulhaq dan membicarakan soal pertanggung jawaban serta meminta penjelasan pihak RSUD Salatiga terkait penyebab kematian istri klien kami pada bulan Juni lalu,” ujar Shodiq didampingi Agus Subekti kepada harian7.com.

Lanjut Shodiq, namun jika maksud kedatangan korban ini tidak segera ditanggapi dan pihak RSUD Salatiga tidak bisa menjelaskan maka dugaan malpraktek yang menyebabkan kematian istri dari klien kami, maka akan kami laporkan kasus ini ke ikatan dokter Indonesia (IDI) agar ditindak lanjuti sesuai prosedur medis.

“Jika dokter lalai dan tidak cakap menjalankan tugasnya ya harus diberi sanksi dan dihukum,” terang Shodiq.

Dari hasil pertemuan dengan pihak RSUD Salatiga hari ini belum membuahkan hasil penjelasan sebagaimana di inginkan oleh suami korban. Namun pihak RSUD Salatiga melalui dr M Saifulhaq berjanji dalam minggu ini akan mempertemukan pihak keluarga korban (Suaminya) dengan tim medis yang menangani persalinan Rahayu Suryandari.

"Mendapat tanggapan dari dr M Saifulhaq yang menjanjikan akan mempertemukan dengan tim medis yang menangani proses persalinan saat itu, maka kami akan menunggu dulu,"terang Shodiq.

Sementara pihak RSUD Salatiga melalui dr M Saifulhaq saat ditemui harian7.com menyampaikan, mengenai hal - hal yang menyangkut teknis permasalahan ini nanti kita koordinasi dulu dengan tim medis yang menangani. Nanti tentunya jika ada hal yang perlu kita evaluasi untuk pelayanan kedepan. Namun untuk kasus ini nanti kita selesaikan dulu dan nanti kita adakan pertemuan. Harapan kami kasus ini nanti secepatnya akan diadakan pertemuan dan berakhir dengan baik.

"Kami belum bisa memberi penjelasan, nanti kita akan konfirmasi terelebih dahulu kepada pihak yang bersangkutan,"ungkap dr M Saifulhaq.

Lanjut dr Saifulhaq, selama ini pihak RSUD melakukan tindakan sudah sesuai dengan prosedur."Sekali lagi saya sampaikan kami belum bisa memberikan keterangan lebih lanjut karena takut salah menyampaikan,"jelas dr Saifulhaq.


Terpisah, Fajar Sugendro (Suami korban) saat dikonfirmasi harian7.com terkait meninggalnya sang istri saat menjalani persalinan mengatakan, sebelum dibawa ke RSUD Salatiga, ia bersama istrinya pada hari Jumat 15 Juni 2018 sedang berkumpul keluarga dan bersilaturahmi ditempat keluarganya di Ngawen, Kecamatan Sidomukti, Salatiga.

"Saat bersilaturahmi ditempat famili, istri saya terasa mau kencing. Dan saat kencing di kamar mandi tempat famili istri saya memberitahu saya jika air kencingnya di sertai dengan darah. Namun itu hanya berlangsung sebentar dan tak lama darah sudah tidak keluar lagi," ungkap Fajar.

Namun berdasarkan acuan dan prediksi dr Agung yang menyebutkan jika istri saya di prediksi dari tahapan USG diperkirakan akan melahirkan pada 15 Juni 2018, maka saya berinisiatif membawanya ke Puskesmas Pabelan. Setiba di Puskesmas Pabelan istri saya langsung di tangani oleh beberapa tim medis yang membidangi kehamilan dan langsung dilakukan pemeriksaan.

"Sore itu sekitar pukul 14.30 Wib istri saya di periksa di Puskesmas Pabelan. Namun dari hasil pemeriksaan tensi darah istri saya naik hingga 150 mmHG maka oleh petugas medis langsung disuntik dan dipasang infus selanjutnya diberikan rujukan untuk dibawa ke RSUD Salatiga,"terang Fajar.

Lebih lanjut Fajar menambahkan, setelah mendapat rujukan dengan membawa mobil ambulan Puskesmas Pabelan, istrinya di bawa ke RSUD Salatiga dan mendapat penanganan medis di IGD. Setelah mendapat penanganan medis di IGD, petugas medis memutuskan demi keselamatan ibu dan anak agar proses persalinan segera dilakukan operasi caesar.

"Karena demi keselamatan istri dan anak saya, maka apa yang disarankan oleh petugas di IGD saya ikuti mas. Dan sore hari itu juha yakni pada hari Jumat 15 Juni 2018 saya mendaftarkan untuk rawat inap karena oleh petugas mengatakan jika akan di lakukan operasi caesar pada hari berikutnya yakni pada hari Sabtu 16 Juni 2018,"tambah Fajar.

Selanjutnya karena kondisi tensi darah istri saya sudah stabil maka pada hari Sabtu istri saya di pindahkan dari kamar rawat inap ke bedah untuk menjalani operasi caesar.

"Sekitar pukul 09.00 Wib istri saya menjalani operasi caesar mas. Lalu tak selang lama yakni sekitar pukul 10.45 Wib dokter yang menangani memanggil saya dan memberitahu jika anak saya jika anak saya telah lahir dengan baik dan dalam kondisi sehat dengan berat badan 3,5 kg dengan panjang 53 cm,"jelas Fajar.

Mendapat kabar jika kondisi anaknya lahir dalam kondisi sehat, ia (Fajar) merasa bahagia dan bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa. Namun kebahagian itu tak berlangsung lama ketika ia diberi tahu oleh petugas medis yang menyebutkan jika kondisi kesehatan istrinya menurun dan harus di pindahkan ke ruangan ICU.

"Mendangar kabar jika istri saya kondisinya memburuk saya sangat terpukul. Dan sejak selesai menjalani operasi caesar dan dipindahkan ke ruangan ICU istri saya tidak sadarkan diri hingga akhirnya pada hari Minggu 17 Juni 2018 sekira pukul 00.15 Wib oleh petugas medis istri saya dinyatakan meninggal dunia,"ungkap Fajar.

Atas meninggalnya sang istri, Fajar menduga ada dugaan malpraktek saat mengambil tindakan operasi caesar."Sebelumnya tim medis yang menangani menyatakan kondisi kesehatan istri saya sudah baik. Namun kenyataan istri saya meninggal dunia. Dalam hal ini saya menuntut penjelasan dan tanggung jawab dari pihak RSUD,"tandas Fajar.

"Intinya maksud kedatangan saya ke RSUD Salatiga untuk meminta pertanggung jawaban. Namun jika pihak RSUD tidak menanggapi maka dalam waktu dekat saya akan melaporkan peristiwa ini ke Polisi,"pungkasnya. (M.Nur/Tim)

Iklan