Iklan

Iklan

,

Iklan

Buntut Kelangkaan dan Harga Ayam Potong Melambung Naik, Para Pedagang Gelar Unjuk Rasa di DPRD Kota Salatiga

Redaksi
Senin, 23 Juli 2018, 15:28 WIB Last Updated 2018-07-23T08:33:32Z
Salatiga,harian7.com - Puluhan pedagang ayam potong yang tergabung  dalam Alinasi Broiler Salatiga (ABS) menggelar aksi unjuk rasa di Gedung Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Salatiga, Senin (23/7/3018). Mereka menyuarakan masalah kelangkaan ayam potong dan harga ayam yang terus melambuk naik dalam dua bulan terakhir ini.

Kedatangan mereka di sambut baik oleh ketua DPRD Kota Salatiga M. Teddy Sulistio, S.E., di Di Ruang Nusantara Sekretariat DPRD Kota Salatiga. Pria yang akrab disapa Bung Teddy ini, terlihat terbuka dalam menyerap aspirasi para pedagan. Teddy mendengarkan keluhan-keluhan yang di sampaikan para pengunjuk rasa.

Ketua koordinator dalam aksi ini Deni Priyambudi kepada harian7.com mengatakan, dalam aksi unjuk rasa ini kami menyampaikan dua hal, yang pertama adalah mengenai stok ayam untuk di permudah, pasalnya saat ini banyak kandang yang siap panen, namun kemungkinan besar di tahan oleh pihak PT. Kenapa di tahan, harusnya bisa di keluarkan/dipanen karena bobotnya sudah memenuhi standar.

"Kami menuntut agar stok ayam di permudah. Karena menurut kami kemungkinan di tahan oleh pihak PT. Kami mempertanyakan kenapa ditahan, sedangkan bobotnya saja sudah memenuhi standar,"terang Deni.
Para pedagang saat menyampaikan aspirasi di Gedung DPRD Salatiga.

Selanjutnya tuntutan kami agar harga ayam potong khususnya di Salatiga bisa stabil. Karena saat ini harga di pasaran, kita ambilnya sudah Rp 24 ribu per kilo gramnya, sedangkan biasanya kita ambilnya hanya Rp 21 ribu per kilo gram.

Kalau kita ambilnya sudah seharga Rp 24 ribu, jelas kita mau jual kembali di pasar sudah tidak kuat. Karena kalau seperti yang disampaikan kepala dinas terkait tadi harus ada speleng antara Rp 6 sampai Rp 7 ribu berarti semakin besar kerugian kita selaku para pemotong ayam.

"Kalau mengikuti seperti yang disampaikan bapak kepala dinas tadi jelas kerugian kita akan semakin besar. Mengingat harga daging dipasaran saat ini sudah mencapai Rp 38 ribu hingga Rp 40 ribu, bahkan pada hari Sabtu kemarin harga daging ayam di pasaran mencapai Rp 50 ribu, padahal sebelumnya harga daging ayam hanya Rp 30 ribu hingga Rp 31 ribu,"ungkap Deni.

Lanjut Deni, kalau masalah ini tidak segera di selesaikan tentunya banyak pemotong ayam yang tidak bisa memotong lagi dan akan berdampak kepada penjual daging ayam karena tidak adanya stok, sehingga juga berimbas kepada pedagang daging ayam dan konsumen.

"Harapan kami dari bapak DPRD dan Dinas terkait segera menindak lanjuti apa yang kita sampaikan tadi, jangan sampai stok ayam potong susah dan harganya melambung tinggi,"harapnya.

Menurut kami mengenai kelangkaan ayam potong ini diduga sudah di monopoli oleh pihak-pihak tertentu atau mungkin ada pengepul atau kartel yang bermain.

"Buntut kelangkaan ayam ini kami menduga sudah di monopoli atau bisa juga di beli oleh pengepul atau kartel yang bermain. Karena banyak ayam potong dipeternak yang sudah siap panen namun kenapa tidak dipanen,"jelas Deni.

Sementara itu ketua DPRD Kota Salatiga  M. Teddy Sulistio, S.E., menanggapi aspirasi para pedagang ayam potong mengatakan, bahwa ini kejadian luar biasa diluar ekspektasi pemerintah pusat yang sebenarnya sudah di atur sedemkian rupa mulai dari distribusi, pakan bibit dan seterusnya, karena yang namannya interaksi sosial ekonomi itu kan bermacam-macam.

"Kalau kelangkaan ayam ini di sebut sebagai monopoli, menurut saya masih terlalu prematur untuk menyampaikan itu. Yang jelas ayam dan telur saat ini sudah menjadi kebutuhan primer. Saya kira ditengah teman-teman pedagang dan konsumen yang mengharapkan harga ayam potong stabil dan stok aman, saya tidak bijak lah jika saya membombardir bahasa politis yang propaganda,"kata Teddy.

Lanjut Teddy, saya kira kita biarkan dulu teman-teman komisi dan dinas terkait yang membidangi melakukan esplorasi pendalaman kelapangan sambil kita berkomunikasi dengan provinsi dan pusat.

"Saya kira ini bukan hanya di salatiga, tetapi bukan berati salatiga tinggal diam, tapi turun dong kebawah jangan diam saja, ini masalah, karena apapun mereka akan memberikan multiplayer efek bagi ekonomi kota,"pungkasnya. (M.Nur/Shodiq)

Iklan