Iklan

Iklan

,

Iklan

Tokoh Inspiratif: Siapa Bilang Jadi Petani Tak se Sukses PNS, Pria Dua Anak Ini Sukses Berkat Ketekunanya Sebagai Petani

Redaksi
Selasa, 08 Mei 2018, 20:12 WIB Last Updated 2018-05-08T13:15:19Z
Riyadi, seorang yang sukses dengan bertani.
Ungaran, harian7.com - Lebih memilih bertani di kampung daripada kerja jadi pegawai negeri sipil (PNS)?" itulah sepenggal kata yang terlontar dari  seorang pria berusia  37 tahun yang saat ini menjadi ketua kelompok tani di desanya.

Meskipun saat ini banyak orang menganggap bekerja di sektor pertanian  dinilai tidak menarik, karena selain penghasilannya relatif rendah, bertani juga dianggap kurang bergengsi dibandingkan menjadi seorang PNS atau pekerjaan di kota lainnya.

Sehingga tidak mengherankan jika arus urbanisasi dari desa ke kota-kota besar selalu meningkat dari tahun ke tahun, sementara di perdesaan kekurangan tenaga kerja, khususnya usia muda, terutama di sektor pertanian.

Namun daya tarik kota ternyata tidaklah menggoda pikiran Riyadi atau yang akrab di sapa Gondrong untuk menjadi seorang PNS ataupun meninggalkan desanya, Desa Kadirejo, Kecamatan Pabelan, Kabupaten Semarang.
"Kalau kerja jadi PNS  ada ancaman pemecatan atau pensiun, kalau jadi petani gak akan ada pemecatan ataupun pensiun. Saya lebih suka bertani," ujarnya memberi alasan mengapa tidak berminat menjadi PNS.

Seperti di ketahui Tokoh pemuda inspiratif asal Kadirejo ini yang juga Ketua Forum Tani Muda Jawa Tengah merasa  Bangga menjadi seorang Petani.  Salah satu yang ia tekuni dalam bertani saat ini yakni membuka usaha dengan pengembangan tanaman pakan ternak  Indigofera zollingeriana.

Seperti kita lihat  realita yang ada saat ini,  pemuda lebih bangga jadi PNS atau pegawai bank bahkan buruh pabrik dan bukan lebih bangga jadi petani.

"Padahal menjadi petani itu wiraswasta murni dan tidak menutup kemungkinan penghasilanya  bisa tak terbatas lho mas,"tuturnya saat di sambangi harian7.com di ladang tempat ia bertani belum lama ini.

Lebih lanjut ia menuturkan, profesi petani ini bisa diwariskan langsung ke anak cucunya,  berbeda dengan pegawai bank atau PNS  yang belum tentu jika orang tuanya PNS anaknya akan otomatis jadi PNS.

"Kalau jadi petani kan bisa di wariskan anak cucunya, namun jika PNS ataupun karyawan tidak bisa kan mas,"ungkapnya.

Riyadi juga bercerita awal mula dirinya merintis pendirian CAHAYA BARU sebuah usaha sentra pembibitan rumput dan legume yang beralamatkan di Desa Kadirejo ini, konsepnya pembibitan berangkat dari sebuah observasi bahwa  hasil ternak  dijateng masih kurang maksimal, setelah dicermati dan dianalisa ternyata salah satunya karena pakan ternaknya  kurang bagus, padahal salah satu   kunci utamanya keberhasilan berternak adalah dari pakan yang bagus. Setelah dirinya  bertemu dengan profesor luki Abdullah dari IPB hingga akhirnya ditemukanlah tanaman jenis  indigofera zollingeriana. Yang merupakan hasil riset memiliki  nutrisi/protein hingga 30 % .

"Saat ini pemasaranya sudah ke jatim jabar dan luar jawa, bahkan di jateng sudah menyebar lebih 60 persen dari wilayah yang ada dan  telah mengunakan bibit indigofera zollingeriana. Bibit pakan dari kami cocok  untuk  sapi potong,  perah dan kambing juga bahkan untuk peternak kelinci dijamin akan doyan makanan ini," terang suami dari Asturiyah.

Saat ini bapak dua anak ini hanya berpikir bagaimana cara memberdayakan hasil ternak dan sektor pertanianya saja, bahkan dia  tidak ada  terpikir sama sekali jika jenis usahanya ini ada yang menyaingi.

"Pada prinsipnya  saya sudah berusaha maksimal, soal hasil akhir dan  rejeki  sudah ada yang atur,” terang pria low profile kelahiran   24 agustus 1981 ini.

Riyadi sendiri memulai usahanya pada medio Oktober 2014 diatas lahan 2 hetrare.
Kini berkat ketekunanya dan mampu memberdayakan warga sekitar dirinya dipercaya sebagai  ketua FTMJ (Forum Tani Muda Jateng).

Salah seorang pengguna Indigofera, Slamet warga Pabelan mengaku jika ada perbedaan antara sebelum mengunakan IZ dan tidak. “Setelah saya menggunakan IZ jelas  mempengaruhi  reproduksi bahkan  betina yang sebelumnya tidak bunting setelah 1 tahun memakai IZ langsung bisa bunting," ungkap Slamet.

Berdasarkan data jika IZ Cocok ditanam di daerah kering semacanm blora dan purwodadi Klaten  karena sesuai dengan tekstur tanah.
Saat ini usaha Riyadi masih  bermitra dengan IPB,  termasuk dengan Dirjen Peternakan, dinas perternakan  provinsi maupun kabupaten juga mendukung karena bisa mengembangakan pakan ternak yang berkwalitas.

Terpisah Kades Kadirejo Sumarjo  menyambut positif apa yang telah dilakukan warganya saat ini.“saya bangga sekaligus mendukung usaha warga apalagi produknya sudah bisa digunakan diluar kabupaten Semarang dan yang jelas bisa memberdayakan warga sekitar," kata Sumarjo.

Senada dengan Sumarjo, Camat pabelan Rofiudin juga menyambut positif bahkan jika perlu kedepan bisa dikembangkan lagi bukan saja diwilayah Pabelan namun bisa melebar ke jawa tengah

“Nantinya saya bermimpi jika usaha tanaman milik Riyadi  didesa Kadirejo  bisa dijadikan wisata  ternak atau sebagai  wisata desa edukasi," terang Rofiudin.

Meski sudah terkenal namun demikian Rofiudin meminta kepada Riyadi untuk  mengandeng pihak kecamatan dan kabupaten guna mengembangkan industri pakan ternak miliknya (M.Nur/Arief)

Iklan