Salah seorang pedagang kedelai di Pasar Kudus. |
Ketua Primer Koperasi Tahu-Tempe Indonesia (Primkopti) Kabupaten Kudus, Amar Ma'ruf menyatakan, bahwa diprediksi jika kenaikan harga jual kedelai tersebut banyak penyebabnya. Salah satunya adalah menurunnya tren nilai tukar rupiah terhadap dolar. Pada awal bulan April 2018 lalu, harga kedelai berkisar Rp Amar kepada wartawan, Selasa (22/5).
Menurutnya, hingga kini stok kedelai yang masih tersimpan di gudang mencapai sekitar 50 ton. Jumlah ini cukup untuk memenuhi kebutuhan para pembuat tahu dan tempe di wilayah Kudus. Selain itu, permintaan akan kedelai impor belum normal. Sehari rata-rata 15 ton, jika sebelumnya dapat mencapai 20 ton.
“Dalam bulan Ramadan ini, permintaan akan tahu dan tempe masih tergolong tinggi. Unuk kedelai lokal hingga kini belum ada pasokan. Ini terkait dengan belum adanya panen kedelai di sejumlah daerah, seperti Grobogan, Pati, Jember, maupun Lamongan,” tandasnya. (Syarief Hamdan)
Editor: Heru S