Iklan

Iklan

,

Iklan

Monumen Pesawat Terbang Diresmikan, Masyarakat Pertanyakan Mengapa Bukan Monumen ‘Bus ESTO’

Redaksi
Jumat, 29 Desember 2017, 10:19 WIB Last Updated 2017-12-29T03:19:48Z
Monumen pesawat terbang di Taman Kota.
SALATIGA, harian7.com – Meski di Kota Salatiga tidak ada bandara, namun ada satu pesawat terbang yang “hinggap” di Salatiga, yaitu di Taman Kota Salatiga. Pesawat terbang tersebut hanyalah sebagai monumen penghias taman, dan baru diresmikan bersama dengan taman air dan lapangan futsal. Peresmian dilakukan langsung Wakil Walikota Salatiga, H Muh Haris, Kamis (28/12).
“Taman Kota maupun Hutan Kota yang lokasinya saling berhadapan adalah milik Pemkot Salatiga. Memasuki area ini gratis karena ini milik kita bersama. Pesan saya, jangan sampai ada tangan jahil ataupun vandalism. Kita semua harus bisa menjaganya baik dari segi kebersihan ataupun perusakan,” kata H Muh Haris.
Ditambahkan, bahwa monumen pesawat di Taman Kota Salatiga ini adalah hasil kerjasama dengan Mabes Angkatan Udara (AU), Lanud Halim Perdanakusuma Jakarta maupun Lanud Adi Sumarmo Solo.‎ Ini adalah pesawat pinjam pakai dan merupakan jenis pesawat latih milik TNI AU‎. Pesan lainnya, untuk setiap kegiatan instansi ataupun perusahaan dapat disisipkan dengan acara penanaman pohon.
Sementara, Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Salatiga, Prasetyo Ichtiarto menyatakan, bahwa penambahan monumen pesawat, taman air, lapangan futsal maupun fasilitas penunjang lainnya di Taman Kota ini, tujuannya untuk menambah daya tarik taman yang pengelolaannya ditangani DLH. Bahkan, ada juga arena bermain anak, taman burung serta fasilitas lain.
Untuk tumbuhan di Taman Kota ini ada pohon sirsak, durian, markisa dan yang lain. Ini semua demi hijaunya taman kota yang mulai banyak dikunjungi warga Salatiga ataupun warga yang transit.
Hadir dalam peresmian, Danrem 073/Makutarama, jajaran Forkopimda Salatiga, Yonif 411 Salatiga, perwakilan dari Lanud Halim Perdanakusuma Jakarta dan Lanud Adi Sumarmo Solo serta tamu undangan lain. Bersaaan peresmian itu, dilepaskan burung di taman burung serta penanaman pohon peneduh.
Sejumlah pengunjung yang merupakan warga asli Salatiga banyak mempertanyakan pendirian monument pesawat terbang tersebut. Mengapa dipilih pesawat terbang, padahal di Salatiga tidak ada bandara dan bukan sebagai barang yang terkenal. Apakah tidak sebaiknya dibuat monument ‘Bus ESTO’ yang bentuknya asli dengan tempat duduk dari kayu dan ini telah melegenda sejak puluhan tahun di Salatiga.
“Monumen pesawat terbang itu juga bagus, namun alangkah lebih tepatnya dibuat monumen “Bus ESTO”. Sama-sama mengeluarkan biaya banyak, dengan pembuatan monument Bus ESTO maka masyarakat Salatiga akan semakin mengetahui jika bus tersebut merupakan salah satu legenda Salatiga. Harusnya akan lebih menarik pengunjung dibangun monument Bus ESTO yang bentuknya asli dari kayu, baik tempat duduknya ataupun bodynya,” kata Hadi Maryono (59) warga Kelurahan Salatiga. (Heru)  

Iklan