UNGARAN, harian7.com – Munculnya
tanah yang ambles di Lapangan Pandan Murti, Dusun Ndelik, Desa Candigaron,
Kecamatan Sumowono, Kabupaten Semarang, akhirnya kini banyak dijadikan lokasi “wisata
dadakan” warga. Bahkan banyak warga yang sengaja datang melihat dan berfoto di
lokasi itu dan bukan hanya warga Kabupaten Semarang, namun banyak juga warga
Salatiga dan Kota Semarang.
“Kami
penasaran setelah membaca berita di media, jika ada tanah yang ambles di daerah
Candigaron, Sumowono. Laku, kami datang melihat langsung fenomena ala mini,
tternyata benar tanah di lapangan ini ambles. Kami pun langsung berfoto bersama
dan hal ini adalah sangat langka terjadi,” ujar Sarminto (42) dan Harsanto (35) keduanya mengaku warga Delik, Tuntang,
Kabupaten Semarang.
Hal senada
dikatakan Murniningsih (36) warga Banyumanik, Kota Semarang, bahwa
kedatangannya ini didasari rasa penasaran membaca berita ada tanah yang ambles.
Bersama teman satu kantor, sengaja datang untuk melihatnya dan berfoto bersama
warga lain yang juga penasaran melihat amblesnya tanah di Sumowono ini.
“Saya beserta
teman kantor sengaja datang untuk melihat dan berfotoo di tanah yang ambles
ini. Saya menilai kjadian ini sangat unik dan penuh penasaran. Karena, pihaknya
menilai tanah di daerah Sumowono ini bukan tergolong tanah yang mudah retak dan
ambles. Namun, karena fenomena alam, bagaimana lagi,’ kata Nining demikian
panggilannya kepada harian7.com,
disela melihat tanah yang ambles ini.
Seperti diberitakan, bahwa tanah yang ambles di Lapangan
Pandan Murti ini amblesnya mencapai dua meter dari kondisi awalnya. Bahkan,
dengan amblesnya tanah ini berpengaruh terhadap kondisi rumah warga yang
berdekatan dengan lapangan. Tanah di rumah warga mengalami retak-retak.
Awalnya, keretakan dan amblesnya taanah ini diawali dengan guyuran hujan yang
deras. Tanah yang ambles dengan kedalaman mencapai 30 cm hingga 50 cm.
“Khusunya
tanah yang ambles itu memanjang hingga mencapai 60 meter dengan kedalaman 1,5
meter. Warga sekitar pun ini meruakan kejadian yang unik yang terjadi di
Sumowono,” terang Muh Sutrasmin (56) warga Sumowno, Kabupaten Semarang. (HERU)