Iklan

Iklan

,

Iklan

 


Mitos Raden Mas Karebet di Pemandian Senjoyo

Redaksi
Sabtu, 11 Oktober 2014, 02:12 WIB Last Updated 2014-10-10T19:13:47Z
Mitos - Harian7.com, Sendang Senjoyo yang di yakini mempunyai seribu kisah sejarah yang terletak di wilayah kabupaten Semarang Tepatnya di Desa Tegalwaton,Seringkali di jadikan tempat semedi dan lelaku oleh para praktisi spiritual,selain Pemandagan sangat alami, ditambah ikan yang berkeliaran bebas terlihat jelas,senjoyo dikenal sebagai sendang panguripan yang mempunyai petuah dan banyak aura positif di kawasan ini,maka itu tempat ini sering di kunjungi oleh praktisi spiritual dari berbagai daerah bahkan berbagai propinsi.Selain tempat ini nan idah disini juga masih banyak di jumpai berbagai situs bebabatuan berelief peninggalan kuno,Konon Pemandian Senjoyo ini digunakan oleh para Raja Raja.
Selain itu di tempat ini terdapat patung yang di kanan kirinya ada tempat pembakaran dupa. Juru kunci Sendang Senjoyo, Mbah Jasmin (82) mengatakan banyak juga orang yang melakukan larung untuk membersihkan diri jasmani dan rohani di Sendang itu.
Mbah Jasmin yang merupakan generasi ketiga penjaga Sendang Senjoyo menuturkan, menurut legenda, Mas Karebet atau Joko Tingkir pernah bertapa kungkum di Senjoyo. Kelak di kemudian hari, Joko Tingkir berkedudukan sebagai penguasa Kesultanan Pajang dengan gelar Sultan Hadiwijoyo.
Ada riwayatnya mengapa Senjoyo menjadi tempat kungkum. Konon, menurut legenda, Mas Karebet atau Joko Tingkir pernah bertapa kungkum di Senjoyo. Kelak di kemudian hari, Joko Tingkir berkedudukan sebagai penguasa Kesultanan Pajang dengan gelar Sultan Hadiwijoyo.

"Rumiyin, sak derengipun nyuwita ing Demak, Mas Karebet kungkum ing mriki (Senjoyo), ndadar kanuragan—Dulu sebelum mengabdi di (Kesultanan) Demak, Mas Karebet merendam diri di sini untuk berolah kesaktian," tutur Mbah Jasmin.  

Legenda Senjoyo dengan Mas Karebet-nya itu masih populer di tengah masyarakat sampai saat ini. Konon, katanya, air sendang yang biasanya tenang tiba-tiba menyembur deras. Jika dibiarkan, bisa terjadi banjir.
Bujangan dari Desa Tingkir itu cepat memotong rambutnya untuk menyumbat mata air yang menggila. Konon rambut gondrong Joko Tingkir menjadi penyaring mata air sendang hingga air mengucur bening sampai hari ini. Itu cerita rakyat tentang Senjoyo.

Selain eksotis dengan kejernihan airnya di senjoyo juga masih banyak pohon yang tua (dikeramatkan), karena tak jarang orang yang punya maksud tertentu sering memberi sesajen, selain pohon besar terlihat indah karena disekeliling pohon itu tertata bekas batuan persis bahan yang digunakan untuk candi.
Sementara itu seorang paranormal dari Desa Lemah Ireng Ki Ronggo Jati saat melakukan interaksi di lokasi pemandian sendang Senjoyo dirinya mengaku di temui danyang penunggu sendang yang konon katanya adalah Mas Karebet.
“ Saat saya melakukan interaksi di sekitaran sendang Senjoyo saya ditemui sesosok makhluk dengan badan tinggi tegap mengenakan pakain kerajaan, saat itu saya menanyakan siapakah kadang kiranya menemui saya, dirinya menjawab dengan bahasa jawa, Rahayu.. ono opo siro ing wengi iki ono ing sasonoku,opo ono wigati, aku Raden Mas Karebet, saya pun menjawab bahwa saya ki Ronggo Jati saking Lemah Ireng dan di tempat ini saya hanya meditasi,” Tutur Mbah Ronggo kepada Harian7.com
Mbah Ronggo juga menambahkan bahwa sesosok makhluk yang mengaku dirinya adalah Raden Mas Karebet meninggalkan wangsit tentang rasa prihatin beliau terhadap perilaku masyarakat sekarang, terkhusus masyarakat Jawa yang dinilai sudah melupakan asal usul serta budaya leluhur yang di cerminkan dalam tingkah laku keseharianya,namun mbah Ronggo saat di konfirmasi lebih detail apa yang menjadi pesan dari Raden Mas Karebet dirinya enggan menjawab secara detail.
“ Ya itu mas yang dapat saya sampaikan, mengenai apa pesan yang di sampaikan oleh beliau saya tidak berani menyebutkan secara detail karena sudah di wangsit, karena saya takut kalau bertentangan dengan keyakinan dan pemikiran orang lain, gitu dulu ya mas,” tandas Mbah Ronggo.(Her/Mistis7.com)

Editor       : M.Nur/Harvi
Laporan    : Heri Mulyono

Iklan